Pengawas PT.BRP Biarkan Pelaksana Tidak Mengacu Pada RAB Dalam Pekerjaan
KARAWANG-Zonadinamikanews.com.Setiap kontraktor diharapkan bisa mencapai hasil sesuai harapan oleh kuasa pengguna anggaran dan masyarakat. Namun tak bisa dipungkiri banyak proyek yang sedang dikerjakan tidak berjalan sesuai dengan perencanaan
Hal itu diduga akibat ulah oknum yang sengaja hanya ingin mencari untung tanpa memperdulikan kualitas hasil pekerjaan.Dan oknum pengawas tidak berpungsi maksimal.
Dugaan itu terlihat pada pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi peningkatan dan modernisasi jaringan irigasi saluran sekunder Cengkong (SS Cengkong) Kabupaten Karawang, Jawa Barat yang disebut dikerjakan oleh (Waskita/PT. Basuki Rahmanta Putra (BRP) (KSO) yang diduga tidak sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dan berpotensi pada rendahnya kualitas konstruksi.
Sesuai data, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Satuan Kerja SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Citarum pada proyek rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi SS. Kamojing Cs, SS. Telar, SS. Barugbug Cs, SS. Tapen Cs, SI. Tarum Timur,dengan nilai kontrak Rp. 241.698.128.900,00 APBN 2022.
Dedi staf PT.BRP pada media ini mengatakan, dalam penentuan akan ukuran campuran akan adukan telah disiapkan alat berupa dolak,dan ini wajib dipakai dilapangan,tegasnya pada media beberapa waktu lalu.
Agaknya, ketentuan tersebut hanya sebatas retorika belaka,dan bertolak belakang dengan fakta dilapangan.
Pasalnya, dari hasil pantauan wartawan di lokasi proyek dilokasi SS Cengkong, pihak pelaksana yang biasa di panggil Cici telah mengindahkan ketentuan tersebut.
Selain kualitas konstruksi yang diduga asal jadi,akibat campuran adonan asal tebak, akibat tidak mengindahkan akan ketentuan berlaku, ironisnya, pihak pengawas dari pihak BRP sendiri membiarkan akan pelanggaran tersebut. Dan patut diduga,oknum pengawas ini bekerjasama dengan oknum pelaksana melakukan kecurangan demi kepentingan bersama.
Rijal selalu pengawas dari PT BRP, saat ketemu di lokasi dan saat disinggung soal tidak dipakainya dolak sebagai acuan untuk campuran adukan, Rijal belasan karena di bawah banjir.
“Dolaknya di bawa banjir,nanti dibuatkan lagi” jawabnya.
Selain tidak pakai dolak, pihak pelaksana kerap tidak memakai molen dalam proses pengadukan semen dan pasir, dan pengakuan dengan sistem manual.dan kerap memakai pasir dengan kualitas rendah yang diduga bercampur tanah.(B)