SUMUT-Zonadinamikanews.com. Hasil riset KPK banyak modus yang dilakukan oleh oknum Pendidikan dalam melancarkan aksi korupsi dan penggunaan dana BOS, Kepsek membuat Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), menggunakan, dan mempertanggungjawabkannya tanpa sepengetahuan komite sekolah. Dana BOS dikelola secara tidak transparan, sekolah tidak memasang papan informasi tentang dana BOS. Dana BOS juga rata-rata hanya diketahui kepala sekolah.
Penyusunan RAPBS yang bermasalah, sering dimarkup anggaran pada sejumlah kegiatan sekolah, Alat peraga tidak dibeli oleh sekolah, tetapi di SPJ-nya ada. Dugaan Pengadaan buku perpustakaan. SPJ-nya ada tapi tidak ada penambahan buku baru. Dugaan Adanya pengadaan kertas yang biasanya untuk satu bulan, anggarannya tidak hanya dari satu pos tapi juga ada di pos lain. Artiya dobel anggaran. Pihak sekolah menarik sumbangan kepada para orang tua siswa dengan dalih dana operasional sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan kurang, Kepala Sekolah membuat laporan palsu honor para guru yang dibayar dengan dana BOS diambil Kepala Sekolah dengan tanda tangan palsu.
Dugaan manipulasi dokumen akan penerima honor di SMPN 2 Silimakuta Simalungun, Provinsi Sumatera Utara layak jadi perhatian banyak pihak, melihat besaran dana BOS yang di keluarkan dalam setiap tahap penuh lonjakan yang cukup tinggi.
Contoh pada tahun 2023 SMPN 2 Silimakuta pada tahap satu mengabiskan dana BOS sebesar Rp 106.200.000 dan tahp dua Rp 120.200.000, sementara tahun 2024 tahap satu untuk pembayaran honor Rp 170.400.000 dan tahap dua turun drastic dengan pembayaran honor Rp 74.280.000.
Salah seorang pensiunan kepala sekolah kepada media ini mengatakan, terkait dugaan mark up dan manipulasi data pengeluaran dana BOS di sekolah, hal itu sudah hal yang tidak aneh, sekarang tinggal seserakah mana oknum kepala sekolah tersebut, Kembali pada pribadi masing-masing oknum.
“Ya sudah tidak heran, termasuk pembayaran honor guru dari BOS sangat rawan terjadi praktek tanda tangan palsu, manipulasi jam mengajar tenaga honor, ya kalua penyidik jelih bisa kejerat oknum pendidik tersebut, apalagi saat pemeriksaan insfektorat, sudah tidak aneh saling suap, karena jarang terjadi jeruk makan jeruk” terang mantan kepala sekolah tersebut. (CIJES)