Pelaksanaan Proyek BBWSC di SS Lamaya Barat di Duga Asal Jadi
KARAWANG-Zonadinamikanews.com. Proyek Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi SS Lamaya Barat,Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh PT. Hidup Indah Berkah dengan nilai kontrak Rp.54.502.007.000.
Hasil investigasi wartawan dilokasi pekerjaan ditemukan sejumlah kejanggalan, baik dalam pelaksanaan yang terindikasi kuat tidak sesuai spesifikasi dan juga pemakaian material jenis pasir yang berkualitas rendah,dan sistem adukan adonan yang tidak merata memakai molen.
Pelaksana yang disebut berasal dari Jl.Kol.H.Iman Soeparto T Jakrajoedha No.14 Rt.006 Rw.003, Bulusan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam pelaksanaan disinyalir lepas kontrol dari pihak pengawas, baik dari pihak konsultan dan juga pengawas interen dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC).
Sejumlah masyarakat sekitar yang kerap memperhatikan para pekerja dilapangan, merasa heran melihat sistem kerja pihak pelaksana,pasalnya, kualitas adonan atau adukan diperhatikan tidak mengacu pada Tarakan,karena tidak terlihat alat ukur campuran seperti dolak di lokasi.
” Seharusnya pelaksana memakai dolak sebagai alat ukur campuran pasir dan semen dilapangan,sehingga kualitas atas perbandingan pasir dan semen bisa terjamin, nyatanya, pihak pelaksana tidak memakai sama sekali,pelaksana dalam membuat campuran akan adukan, terlihat jelas asal-asal tebak saja” Kata salah seorang warga yang berada di sisi proyek.
Ditambahkan,kondisi pasir yang digunakan juga sangat jelek seperti bercampur lumpur,ditambah kualitas campuran tidak merata, maka khawatir kualitas turap tersebut tidak akan bisa bertahan lama.
“Seharusnya pihak pelaksana melibatkan pihak setempat dalam pengadaan material jenis pasir,bila dilibatkan, pasti lebih terjamin kualitas pasir, karena tidak mungkin mendatangkan pasir yang jelek,karena hasil dari pekerjaan ini, yang menikmati warga disini atau petani disini” Ujarnya.
Mahmud warga Banyuasih,Kecamatan Banyusari yang mengaku sering kerja proyek juga menilai hasil pekerjaan yang diduga keras tidak sesuai spesifikasi, apalagi dalam campuran adonan yang berkualitas rendah.
” Saya biasa kerja di proyek, saya paham soal campuran, saya duga keras, campuran adukan ini 1:8 dan ada 1:10, maka warna dan kualitas adukan jelek atau rendah, dan akan mudah rontok”.
Seraya berharap, pemerintah setempat idealnya harus turut mengawasi hasil pekerjaan,karena kelak yang menjadi korban adalah warga,besok -besok pelaksana pulang tidak tahu kemana,yang rugikan warga.(Budi)