Fisik Proyek BBWSC di SS Lamaya Barat Karawang Diduga Tidak Sesuai Spesifikasi
KARAWANG-Zonadinamikanews.com.Sejumlah media yang meliput akan pelaksanaan pada Proyek Rehabilitasi, Peningkatan dan Modernisasi Jaringan Irigasi SS Lamaya Barat,Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang dilaksanakan oleh PT. Hidup Indah Berkah dengan nilai kontrak Rp.54.502.007.000.
Dugaan adanya kongkalikong antara pelaksana dengan oknum pengawas dengan tujuan tertentu dan berpotensi merugikan keuangan negara,semakin kontras.
Hal itu semakin sulit terbantahkan, berdasarkan hasil investigasi sejumlah wartawan dilokasi pekerjaan ditemukan sejumlah kejanggalan,yang berpotensi merugikan keuangan negara dan juga bobot konstruksi yang sangat di ragukan.
Selain kualitas pasangan batu yang diduga tidak memakai adonan yang standar mutu konstruksi,juga ditemukan akan ketinggian pasangan batu yang berbeda dari pengakuan petugas pengawas dengan fakta dilapangan.
Sehingga dugaan terindikasi kuat tidak sesuai spesifikasi,diduga akibat kualitas material jenis pasir yang tidak sesuai dengan spesifikasi atau berkualitas rendah.Juga sistem adukan adonan yang tidak merata memakai molen.
Pelaksana yang disebut berasal dari Jl.Kol.H.Iman Soeparto T Jakrajoedha No.14 Rt.006 Rw.003, Bulusan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam pelaksanaan disinyalir lepas kontrol dari pihak pengawas, baik dari pihak konsultan dan juga pengawas interen dari Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC).
Adanya perbedaan akan keterangan oknum pengawas terhadap fisik konstruksi dilapangan, terkait akan ketinggian konstruksi pasangan batu yang terpasang dilapangan.
Atas sejumlah kejanggalan hasil pekerjaan dilapangan, membuat pihak pelaksana enggan bertemu dengan pihak media, ironisnya, pihak pelaksana seakan buang badan dan mengorbankan pihak Suplayer material untuk menghadapi kalangan media.Akibatnya media sangat sulit mendapatkan klarifikasi terkait pekerjaan dugaan yang tidak Sesuai dengan spesifikasi tersebut.
Sejumlah masyarakat sekitar yang kerap memperhatikan para pekerja dilapangan, merasa heran melihat sistem kerja pihak pelaksana,pasalnya, kualitas adonan atau adukan diperhatikan tidak mengacu pada Tarakan,karena tidak terlihat alat ukur campuran seperti dolak di lokasi.
” Seharusnya pelaksana memakai dolak sebagai alat ukur campuran pasir dan semen dilapangan,sehingga kualitas atas perbandingan pasir dan semen bisa terjamin, nyatanya, pihak pelaksana tidak memakai sama sekali,pelaksana dalam membuat campuran akan adukan, terlihat jelas asal-asal tebak saja” Kata salah seorang warga yang berada di sisi proyek.
Mahmud warga setempat yang mengaku sering kerja proyek juga menilai hasil pekerjaan yang diduga keras tidak sesuai spesifikasi, apalagi dalam campuran adonan yang berkualitas rendah.
” Saya biasa kerja di proyek, saya paham soal campuran, saya duga keras, campuran adukan ini 1:8 dan ada 1:10, maka warna dan kualitas adukan jelek atau rendah, dan akan mudah rontok”.
.(Budi)